CC.Semarang – Sejak kisahnya diberitakan di berbagai
media cetak dan elektronik, nama Bripda Eka Yuli Andini menjadi terkenal. Namanya
ramai diperbincangkan, bukan hanya di surat kabar, dan televisi tetapi juga di
media sosial. Bahkan Wall Facebook-nya penuh dengan ucapan selamat dan motivasi
dari teman-temannya sesama alumni SMKN 2 Salatiga, dan teman seangkatannya di
Pusdik Binmas Banyubiru, Semarang.
Bripda
Eka Yuli
Andini adalah Anggota Satsabhara Polres
Salatiga. Lahir dan besar dalam lingkungan keluarga sederhana. Sebelum menjadi
Anggota Polwan, sehari-harinya, gadis berparas manis itu bekerja membantu
ayahnya menambal ban. Pekerjaan itu hingga kini dilakukannya sepulang dari dinas
kepolisian. Walaupun dia sudah menjadi Polisi, dirinya tidak merasa malu
melakukan pekerjaan itu.
Ada
dua sisi berbeda pada gadis kelahiran Salatiga, 30 Juli 1996 ini. Di rumah, ia tidak malu-malu
membantu ayahnya menambal ban. Sementara dalam dinas kepolisian, ia tampak rapi,
bersih, dan cantik.
Ketika ditanya perasaannya menjadi orang
terkenal, Bripda Eka Yuli Andhini menjawab sangat senang. Dirinya tidak menyangka
akan menjadi orang terkenal layaknya selebritis. Tidak pernah terlintas sedikit
pun di benaknya akan menjadi seperti ini. Menurutnya, itu semua karena anugerah
dari Allah Swt, yang telah memberikan jalan kepadanya.
Bripda Eka Yuli menceritakan, awal dirinya dikenal
masyarakat luas karena kisahnya ditulis oleh Guruh, wartawan Jurnalwarga.com dari
Salatiga, berjudul : “Srikandi Polres Salatiga : Bripda Eka Yuli, Polwan Cantik
yang Tinggal di Bengkel Kontrakan”. Kisah itu diposting hari Jum’at 20 Februari
2015, pukul 11.04 Wib. Gadis berparas manis ini tidak menyadari kalau dirinya
mulai dikenal masyarakat melalui media on line tersebut. Malam-malam,
teman-temannya memberitahu kalau dirinya dimuat di internet.
“Saya tidak tahu. Ada teman yang memberitahu
saya, kalau kisah saya di muat di internet.” kata Bripda Eka lugu. Setelah itu,
tanggal 23 Februari 2015, wartawan Jawa Pos Radar Semarang juga mengekposenya.
Setelah itu nama Bripda Eka Yuli heboh diperbincangkan warga Salatiga.
Wartawan dari berbagai media massa pun datang
mewawancarainya, mulai dari Tribun Jogya, Kompas, Detik.com dan lain
sebagainya, hingga dirinya diundang ke Jakarta untuk mengisi acara Talk Show di
stasiun televisi, Net TV, SCTV, RCTI, Trans 7, dan Trans TV.
Gadis yang menyukai mie ayam dan mie goreng
buatan ibunya itu menyatakan, awalnya tidak tertarik menjadi Polisi, karena
ingin terjun di dunia broad cast. Waktu itu ada sosialisasi dari anggota Polres
Salatiga di sekolahannya di SMKN 2 Salatiga.
“Saat itu saya tidak tertarik, karena
rumornya masuk polisi itu pakai uang. Selain itu, cita-cita saya ingin terjun
di dunia broad cast. Akhirnya, Guru saya, Bu Maritilova Shanti, Guru Multimedia
menganjurkan saya untuk mencobanya. Beliau mengatakan, Daftar saja, karena saat
ini yang dibutuhkan untuk menjadi Anggota Polri lebih banyak dari pada tahun sebelumnya.”
kata Bripda Eka Yuli
Akhirnya dia mencoba daftar bersama lima orang
teman sekelasnya. Waktu itu, dari seluruh SMKN 2 Salatiga yang daftar polisi ada
20 orang. Dari tes awal hingga akhir, yang lulus 2 orang, saya dan Bripda Ade
Widayanti.
Saat mengikuti tes, dirinya sempat minder,
karena tinggi badannya pas-pasan. Tinggi badan saya 156 cm. Pesaingnya
berat-berat. Selain itu, persiapan saya sangat minim. Tidak ada persiapan
khusus. Walaupun begitu, dirinya masih beruntung karena ada yang mengarahkannya,
yaitu Briptu Normin, Anggota SPKT Polres Salatiga.
“Tanpa arahan beliau, saya tidak tahu
bagaimana jadinya. Pak Normin-lah yang membimbing saya. Mulai dari tes
kesehatan, tes psikologi, kesamaptaan jasmani, dan tes akademik.”
Waktu dirinya mendaftar, Orang tuanya sempat
khawatir karena ada rumor bahwa masuk polisi itu bayar. Namun saat tes demi tes
dilalui, semuanya berjalan lancar, mengalir apa adanya, tanpa ada kesulitan.
Padahal, teman-temannya berjuang mati-matian dan banyak yang tidak lulus.
“Saya tidak pernah berangan-angan menjadi Polisi.
Begitu pula saat mendaftar, tidak pernah mendapat firasat bakal diterima
menjadi Polisi. Keberhasilan saya karena pertolongan Alllah dan doa restu Ibu dan
Ayah.” jelas Bripda Eka
Bripda Eka Yuli menyebutkan, keluarganya
tinggal di rumah kontrakan di jalan Veteran, Mangunsari, Pasar Sapi, Salatiga
sejak tahun 2005 yang lalu. Di rumah
kontrakan yang sekaligus dijadikan sebagai bengkel tambal ban itu, Bripda Eka
tinggal bersama orang tuanya, Sabirin (49), Darwanti (40) dan dan adiknya,
Arjuna Dwi Bagaskara (15).
“Saya biasa menambal ban. Saya tidak malu
melakukannya. Saya bisa menjadi polisi karena dari usaha itu.” Kata Bripda Eka
Yuli
“Saya
tidak akan melupakan jati diri saya.” sambungnya Bripda Eka.
Setelah menjadi polisi, cita-cita menjadi
broadcast akan diabdikan di kepolisian. Dirinya belum berpikiran untuk mencari
pasangan hidup, walaupun pada akhirnya nanti ingin memiliki suami. Dirinya ingin
kuliah dibidang Tehnologi Informatika (TI) karena ingin menjadi Sarjana
Komputer, dan tentunya kelak menjadi seorang Perwira Polri.
Polwan yang sangat menyukai film James Bond
dan Mission Imposible ini menyebutkan, keinginannya yang belum kesampaian adalah
membelikan rumah untuk orangtuanya. Setelah itu memberangkatkan haji orangtuanya.
Ditulis
oleh : Miftahul Ulum, Anggota Bidhumas Polda Jateng
Add caption |
0 komentar:
Posting Komentar